Pengertian, Hakikat, Manfaat dan Cara Lengkap Terbaru Bersyukur Kepada Allah SWT serta Tanda Tanda Orang Yang Bersyukur Kepada Allah SWT
Tuesday 23 January 2018
Edit
Dalam kehidupan kita sehari-hari, ada dua hal berbeda yang silih berganti yaitu kesenangan dan kesusahan. Menurut beberapa orang, kalau hidup itu indah karena adanya perbedaan tersebut.
Coba kita bayangkan andai saja seseorang selalu merasakan
kesenangan terus atau sebaliknya selalu merasakan kesusahan terus, tentu bukan
sesuatu yang baik kan?
Ketika kita merasakan kesenangan, maka kita diharapkan untuk
selalu ingat dimana kita dulu pernah merasakan susah. Itulah Tanda-Tanda Orang
Yang Bersyukur Kepada Allah SWT
Sebaliknya, ketika kita merasakan kesusahan maka ingatlah
bahwa suatu saat akan ada kesenangan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah : 5-6)
Maka ketika kita dalam masa-masa sulit, selalu ingatlah
kepada Allah SWT. dan Jadilah Hamba Allah Yang Bersyukur
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku” (QS Al Baqarah : 152)
Nikmat-nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada
manusia merupakan pemberian yang terus menerus dan bermacam-macam bentuknya,
baik lahir maupun batin.
Namun, manusia saja yang kurang pandai dalam memelihara nikmat,
sehingga ia merasa seakan-akan belum pernah diberikan sesuatu apapun oleh Allah
SWT.
Mengapa orang terkadang merasa tidak mendapatkan sesuatu
apapun dari Allah? Jawabannya adalah karena dia tidak pernah bersyukur atas
apa-apa yang ada padanya.
Bersyukur adalah suatu perbuatan yang bertujuan untuk
berterima kasih atas segala limpahan nikmat yang telah Allah SWT berikan.
Maka selalu bersyukur jika kita diberi suatu nikmat Allah
SWT, tidak memandang nikmat itu banyak atau sedikit. Karena orang yang selalu
bersyukur niscaya Allah SWT akan menambah kenikmatan tersebut. Tetapi kita juga
harus tau Kapan dan Mengapa Kita Harus bersyukur.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ibrahim : 7
yang artinya: “Barang siapa yang bersyukur atas nikmatku kata Allah, niscaya
aku akan menambah nikmat itu. Akan tetapi barang siapa yang kufur atas nikmat
Ku kata Allah, maka azab ku sangatlah pedih.”
Berikut Pengertian, Hakikat dan Cara Bersyukur Kepada Allah
SWT
Hakikat Bersyukur
Rasa syukur yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama
dan barang siapa yang dapat merealisasikannya, maka dia adalah seseorang yang
bersyukur dengan benar. Lima pondasi tersebut adalah:
- Merendahnya orang yang bersyukur di hadapan yang dia syukuri (Allah SWT)
- Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah SWT)
- Mengakui seluruh kenikmatan yang Dia berikan
- Senantiasa memuji-Nya atas segala nikmat tersebut
- Tidak menggunakan nikmat tersebut untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT
Dengan demikian syukur merupakan bentuk pengakuan atas
nikmat Allah dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut
kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa
mencintai Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak henti-henti
menyebut nama-Nya.
Kenalilah Nikmat Allah
Dalam bersyukur ada sesuatu yang penting yaitu mengenali
nikmat Allah. Sesungguhnya mengetahui dan mengenal nikmat, merupakan di antara
rukun terbesar dalam bersyukur.
Karena tidak mungkin seseorang dapat bersyukur, jika dia
merasa tidak mendapatkan nikmat. Maka mengenal nikmat merupakan jalan untuk
mengenal Sang Pemberi Nikmat, dan kalau seseorang tahu siapa yang memberikan
nikmat, maka dia akan mencintainya, sehingga cinta itu akan melahirkan
kesyukuran dan terima kasih.
Nikmat Allah tidaklah terbatas pada makanan dan minuman
belaka, namun seluruh gerak dan desah nafas kita adalah nikmat yang tak
terhingga yang tidak kita ketahui nilainya.
Abu Darda’ mengatakan, “Barang siapa yang tidak mengetahui
nikmat Allah selain makan dan minumnya, maka berarti pengetahuannya picik dan
azabnya telah menimpa.”
Maka dikatakan, bahwa syukur yang bersifat umum adalah syukur
terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan dan kekuatan.
Dan syukur yang bersifat khusus adalah syukur atas tauhid, keimanan dan
kekuatan hati.
Pokok-pokok Nikmat
Nikmat Allah amatlah banyak, tidak terhingga dan tak
berbilang, namun ada di antaranya yang sangat besar dan pokok yang perlu untuk
kita ketahui, yaitu:
Nikmat Islam dan Iman
Demi Allah, inilah nikmat yang terbesar, di mana Allah
menjadikan kita sebagai muslim yang bertauhid, bukan Yahudi yang dimurkai dan
Nashara yang tersesat, yang mengatakan Allah mempunyai anak, yakni Uzair
Ibnullah dan Isa Ibnullah, Maha Suci Allah dari sifat yang tak layak ini.
Ibnu Uyainah (Sufyan) berkata, “Tidak ada satu nikmat pun
dari Allah untuk hamba-Nya yang lebih utama, daripada diajarkannya kalimat la
ilaha illAllah.”
Penangguhan dan Tutup Dosa
Ini juga merupakan nikmat yang sangat besar, karena jika
setiap kita melakukan dosa lalu Allah langsung membalasnya, maka tentu seluruh
alam ini telah binasa.
Akan tetapi Allah memberikan kesempatan dan penangguhan
kepada kita untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah SWT berfirman,
“Dan (Dia) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin” (QS Luqman : 20)
Berkata Muqatil, “Adapun (nikmat) yang lahir (nampak) adalah
Islam, sedangkan yang batin adalah tutup dari Allah atas kemaksiatan kalian.”
Nikmat Peringatan
Peringatan adalah termasuk nikmat yang besar, dan ini
merupakan salah satu ketelitian Allah agar hamba-Nya tidak terlena.
Tanpa kita duga terkadang ada seseorang yang datang meminta
makan atau sesuatu kepada kita, yang dengan perantaraan orang yang sedang
kesusahan tersebut akan membuat kita ingat terhadap nikmat yang diberikan
Allah.
Terbukanya Pintu Taubat
Merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah adalah
terbukanya pintu taubat, sebanyak apa pun dosa dan kemaksiatan seorang hamba.
Selagi nafas belum sampai tenggorokan dan selagi matahari
belum terbit dari barat, maka pintu taubat selalu terbentang untuk dimasuki
oleh siapa saja.
Menjadi Orang Terpilih
Nikmat ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang
beristiqamah, wara’, dan selalu menghadapkan diri kepada Allah Subhannahu wa
Ta’ala serta tidak menoleh kepada yang lain.
Maka Allah menguatkan hatinya ketika fitnah tersebar di
sana-sini, meneguhkannya di atas ketaatan ketika orang berpaling darinya.
Allah hiasi hatinya dengan iman dan dijadikan cinta
kepadanya, lalu dia benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan. Ini termasuk
nikmat paling besar yang harus disyukuri dengan sepenuhnya dan dengan sanjungan
sebanyak banyaknya.
Kesehatan, Kesejahteraan dan Keselamatan Anggota Badan
Kesehatan, sebagaimana dikata-kan Abu Darda’ Radhiallaahu
anhu adalah ibarat raja. Sementara itu Salman al Farisi mengisahkan tentang
seorang yang diberi harta melimpah lalu kenikmatan tersebut dicabut, sehingga
dia jatuh miskin, namun orang tersebut justru memuji Allah dan menyanjung-Nya.
Maka ada orang kaya lain yang bertanya, “Aku tak tahu, atas
apa engkau memuji Allah? Dia menjawab, “Aku memuji-Nya atas sesuatu yang
andaikan aku diberi seluruh yang diberikan kepada manusia, maka aku tidak mau
menukarnya. Si kaya bertanya, “Apa itu? Dia menjawab, “Apakah engkau tidak
memperhatikan penglihatanmu, lisanmu, kedua tangan dan kakimu (kesehatannya)?
Nikmat Harta (Makan, Minum dan Pakaian)
Bakar al Muzani berkata, “Demi Allah aku tidak tahu, mana di
antara dua nikmat yang lebih utama atasku dan kalian, apakah nikmat ketika
masuk (menelan) ataukah ketika keluar dari kita (membuang)? Berkata Al-Hasan,
“Itu adalah kenikmatan makan.”
Aisyah Radhiallaahu anha berkata, “Tidaklah seorang hamba
yang meminum air bening, lalu masuk perut dengan lancar tanpa ada gangguan dan
keluar lagi dengan lancar, kecuali wajib baginya bersyukur.”
Cara bersyukur
Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk
mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Syukur dengan Hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya
bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit
semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
“Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah.”
(QS. An-Nahl : 53)
Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima
anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun
kecilnya nikmat tersebut.
Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan da
kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-Nya.
2. Syukur dengan Lisan
Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang
ia peroleh bersumber dari Allah, spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah”
(segala puji bagi Allah) Wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik
Allah). Terdapat banyak kata – kata Bersyukur yang Menenangkan Hati bersyukur
juga membawa Manfaat Kesehatan Dari
Bersyukur
Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang,
lisannya tetap memuji Allah SWT. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut
hanyalah perantara yang Allah SWT kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu
kepadanya.
Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagi istighraq,
yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti
bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah SWT, bahkan seluruh
pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.
Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian
kepada Allah SWT. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat
pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah SWT. Sebab, Allah adalah pemilik
segala kebaikan.
3. Syukur dengan Perbuatan
Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat
dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain
dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan
secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat
nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud)
nikmat-Nya pada hamba-Nya.” [HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr]
Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah menyukai hamba
yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya.
Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya
untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya
dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dan sebagainya.
Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai
wujud syukur yang didasaari karena-Nya. Allah SWT berfirman:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan
(dengan bersyukur).”(QS. Adh-Dhuha : 11)
4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari
kerusakan.
Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan,
kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar
dari sakit.
Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam.
Kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan
dan lemahnya iman.
Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita
dengan sholat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir
dan berdoa.
Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak
iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang Allah
berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Teks Hadits
وحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، ح وَحَدَّثَنَا
أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ – وَاللَّفْظُ لَهُ – حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، وَوَكِيعٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ،
عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى
مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ[15]
Terjemah Hadits
Rasulullah SAW bersabda: “lihatlah kepada orang yang lebih
rendah dari pada kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal
itu lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu.” (Muutafaq ‘Alaih)
Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin
agar memandang orang memandang orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai
bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya
maupun yang lain-lainnya.
Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih
baik keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka.
Sebaliknya Rasulullah SAW melarang kaum muslimin memandang
orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah
diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan
mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah SWT bahwa Dia tidak
memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat.
Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi
derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan dalam menjalankan agama (dalam hal
kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya
ilmu pengetahuan yang bernilai agama.